Bau Busuk Menyengat di Kotoran Kesayangannya

Oleh : Herdi Mokodompit

Eksistensi bersifat candu yang pada hakikatnya akan selalu dipertahankan seseorang, baik itu dengan cara yang positif maupun negatif, apapun itu dilakukan untuk mendapat sebuah Pengakuan.

Jika melihat konstruksi narasi “Bangun Semangat Baru” kemudian diarahkan pada tawaran perbaikan kinerja serta kiat-kiat dalam bagaimana Mitigasi bencana, Rekonstruksi serta Rehabilitasi pasca bencana yang lebih efektif dengan tidak melepaskan dari aturan-aturan yang ada (SOP Kebencanaan, dsb) maka bagi saya hal ini mendapat porsi yang sesuai.

Ketidak sesuaian itu justru tercermin pada wacana lain pasca pilkada dengan sikap mendesak Bupati sebagai pemegang kekuasaan tertingi didaerah untuk segera melakukan perubahan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dilingkup Pemerintahan Kab.Bolsel. Terlihat hal tersebut terlalu dipaksakan seperti nafsu birahi yang sudah memuncak diubun-ubun sang “Pewarta Kawakan”.

Sedari awal sudah terlihat kelemahan argumentasinya, ketidak pahaman akan struktur Organisasi sebuah instansi saja cukup mencerminkan kemampuannya menulis. Saya sendiri sudah mencoba menjelaskan secara sederhana namun apalah daya ‘Dia’ tidak mampu memahaminya bahkan untuk hal yang sederhana sekalipun, entah apa yang ada didalam otaknya.

Fakta (saat kejadian bencana) dalam tulisan bertajuk “Sadar,jo?” yang di relese 5/2/2021, Fay kembali mempertontonkan pemaksaan kehendaknya, dengan sengaja mengaburkan logika sehat pembaca dengan narasi mempertanyakan keberadaan Kalak BPBD, dengan maksud bahwa yang bersangkutan seharusnya selalu berada disamping Pimpinan saat monitoring ke lokasi bencana yang dituju.

Saat dikonfirmasi via telephone 7/2/2021 Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Bolsel Saripudin Suterto mengatakan “waktu itu selepas PISB (Program Ibadah Subuh Berjamaah) di Masjid Panango, kami segara mengarah ke molibagu mempersiapkan segala sesuatu di Posko Bencana Daerah (Lapangan Futsal Molibagu) dan juga bersama Bupati, Kaban (Sekda), Kalak dan unsur instansi lain ikut memantau desa-desa yang terdampak bencana banjir diseputaran Molibagu, disela-sela pemantauan saya diperintahkan Kaban (Sekda) dan Kalak untuk segera koordinasi dengan Basarnas karena ada korban yang hanyut terbawa banjir (Sangadi Bakida).

Kami bersama Basarnas langsung ke lokasi kejadian mendahului rombongan Bupati, namun terkendala tanah longsor sehingga beberapa peralatanpun yang dibawa tim Basarnas kita pindahkan “kurang torang baku opor akang itu prahu karet”.

Waktu itu jaringan kurang baik karena cuaca namun kordinasi tetap berjalan dengan baik. Hari jum’at itu kami usahakan semua dapat kami pantau dan data dampak kerusakannya, kehadiran Pemerintah itu dirasakan masyarakan bahkan dipimpin langsung oleh Bupati. hari sabtu dan minggu kami langsung lakukan distribusi bantuan logistik bahkan lewat laut karena jalan terputus”. Tutur Pak Iding sapaan (akrabnya) “Data Bencana bolsel itu samua cuma lewat BPBD, lewat operator. Jadi tidak benar jika BPBD tidak ada data, data-data semua masuk ke operator yang ditunjuk dan itu ada” tegasnya.

Senada dengan itu, saat ditemui di kediamannya 7/2/2021, Hindra Ando THL Driver Resceu BPBD Bolsel mengatakan “waktu itu abis sambayang subuh torang so langsung menyebar pigi di Desa-desa yang kana akang banjir diseputaran molibagu sesuai perintah Kalak, kita sandiri kita dengan pak iding. Waktu dapa tau ada yang anyor di bagian bawa (Desa Bakida) torang langsung kasana, kita yang bawa oto sama-sama dengan oto Basarnas kasana, dorang bawa prahu karet, sedang itu torang ada ganti oto ulang itu prahu torang so angka kase lewat longsor. Torang ini supaya ngana tau siang-malam disana amper mati bakarja, stenga mati supaya ngana tau kase tinggal keluarga di kampung sementara dirumahle ada banjir, cuma karna ini perintah Kalak karna torang pe tanggung jawab pa masyarakat jadi torang so nda pusing itu yang penting torang pe tugas deng tanggung jawab torang bekeng, toh dirumah nda talalu parah deng ada keluarga laeng yang boleh ba bantu, kita sandiri 3 hari baru ada pulang itupun cuma ba ambe baju dari baku riki mo antar bantuan” Tutur Hin (sapaan akrab) saat menceritakan pengalamannya dalam dialek manado.

Kalak BPBD Bolsel saat ditemui di kantornya 5/2/2021 mengatakan “Semua kinerja BPBD saat bencana itu sudah sesuai dengan SOP Kebencanaan, adapun kekurangan kami dalam proses penanggulangan bencana, itu merupakan keterbatasan kami selaku manusia dan kami tidak pungkiri itu, kami telah berupaya dengan baik ditengah keterbatasan instansi ini, dan ini adalah bencana alam, tidak ada seorangpun yang menginginkannya, yang bisa sama-sama kita lakukan adalah dengan meminimalisir dampaknya.

Pemerintah sudah berusaha yang terbaik, semua kami kembalikan kepada masyarakat untuk menilainya, karena masyarakat yang merasakan kinerja kami selama bencana alam itu terjadi, Jika memang ada kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan kinerja BPBD Bolsel kedepan, maka saya sangat mengapresiasi niat baik itu, dan ditunggu secepatnya ke kantor BPBD Bolsel” Terang Daanan Mokodompit.

Terkait dengan isu Roling jabatan, Kalak BPBD mengatakan “Itu hak Prerogatif Pimpinan, kami sudah bekerja sesuai yang kami mampu, biar Pimpinan yang menilainya” tutup Daanan Mokodompit.

Terkait pernyataan tentang adanya pembiaran BPBD kepada kelompok Relawan yang ikut membantu dilapangan, ini justru berbanding terbalik dengan apa yang disampaikan kelompok Relawan yang juga saat itu ikut membantu Pemerintah, Koordinator MDMC (Muhammadiyah Disaster Managemen Center) Bolaang Mongondow Selatan Reynaldi Polomoduyo saat dihubungi via aplikasi Whats Up 6/2/2021 mengatakan “Kami semua terkoordinasi dengan baik, bahkan bantuan di Pemda sebagian kami juga yang menyalurkan, dan bisa di cek sendiri di LPJ (Laporan Pertanggung Jawaban) kami MDMC” yang kemudian soft copy dari LPJ MDMC dikirim untuk memperkuat penyataannya tersebut.

Berdasarkan fakta yang coba kami rangkum dari keterangan beberapa pihak yang terlibat, ini menegaskan bahwa apa yang dituduhkan itu tidak benar.

Pertanyaannya tentang “dimana Keberadaan Kalak BPBD Bolsel pasca bencana di Desa Milangodaa Barat dan Pakuku Jaya ?” ini terdengar lucu ditelinga, tapi tidak apa toh dia tidak memahami cara kerja Pemerintah, Tupoksi serta Struktur Organisasi. jika pertanyaan yang sama dibalik, “dimana ‘Dia’ saat bersamaan bencana banjir ikut melanda Desa Onggunoi, Dumagin, Tobayagan, dan Mataindo ?”. Entah apa yang difikirkan dalam pemikiran bebalnya itu.

Tidakkah si Fay “Pewarta Kawakan” itu berfikir seandainya saat banjir tersebut tidak ada satupun unsur pemerintah daerah yang datang mengunjungi (Kalak BPBD dan beberapa relawan misalnya) sementara beberapa rombongan ASN (seperti ungkapannya) terpusat datang ke Desa Milangodaa Barat dan Pakuku Jaya mendampingi Pimpinan Daerah apakah itu tidak akan menimbulkan pemikiran yang berpotensi mendiskreditkan Pemerintah Daerah karena tidak datang meninjau Desa lain yang ikut terdampak bencana banjir diwaktu yang bersamaan ?.

Inilah makna koordinasi yang tidak dipahaminya agar semua yang terdampak mendapatkan perhatian yang sama dari Pemerintah. Dia hanya terjebak pada pola fikir sempit dengan hanya melihat dari satu sudut pandang saja. Hal tersebut melupakan fakta dimana beberapa Desa diwilayah lain juga dihantam banjir yang sama, fakta bahwa akses jalan yang tidak bisa dilalui, fakta bahwa jaringan komunikasi yang belum merata di seluruh Kabupaten Bolsel seharusnya sudah menjawab pertanyaan-pertanyaan lucu “Dia” itu.

Melihat fokus masalah pada narasi Fay sang “Pewarta Kawakan” yang mempertanyakan keberadaan seseorang disaat keadaan bencana alam melanda hampir seluruh wilayah, bak utopia penulis terhadap “Pintu Kemana Saja Doraemon (serial film kartun Jepang)” ada didepan mata kalak BPBD. Atau kemampuan jurus “Teleportasi (berpindah tempat diwaktu yang singkat)” yang WAJIB DIMILIKI setiap siapapun yang menjadi Kalak BPBD Bolsel.
Epistemologi yang terbatas ketika digunakan untuk menilai suatu konsep yang luas maka dipastikan terjadi kesimpulan subjektif. Tidak usah jauh menganalogikannya, bola mata kiri “Dia” tidak akan mampu melihat apa yang mengganjal didalam kelopak mata kananya tanpa bantuan cermin. Itu artinya kita harus mampu melangkah keluar dari suatu lingkaran objek itu untuk mendapatkan gambaran besar dari sebuah persoalan pada objek tersebut, ada cakupan yang luas dan tidak terbatas pada indrawi semata.

Jika analogi tersebut digunakan maka kita tidak akan terjebak pada Argumentum Ad Baculum dimana argument sarat ancaman dan desakan lawan bicara agar menerima suatu konklusi tertentu, dengan alasan bahwa jika menolak akan berdampak negatif terhadap dirinya. Dewasa ini anda akan banyak menemukan argumen-argumen seperti ini ketika bertemu si Paralogisme.
Hemat saya melihat Fay dari argumentasinya, ‘Dia’ terjebak pada isme yang premature sehingga secara ‘Sadar’ dan ‘Tahu’ mengindahkan kaidah-kaidah kemudian menggiring pada kesimpulan subjektif serta membangun opini publik yang kurang mendidik. Ah begitulah dia Fay dengan dengan kotoran kesayangannya.

Saat saya dan beberapa sahabat bertemu disela-sela waktu rehat siang dipersimpangan ibu kota, salah satu teman mengatakan kepada saya “Utat kita lia depe tulisan makin kasini makin nda rasional noh, dapa lia skali itu berita orderan “ sontakpun saya tertawa.

Namun dalam perenungan saya terhadap pernyataan sahabat tersebut ikut menampar pemikiran saya, secara tidak sadar saya ikut terjebak dalam pusaran pemikiran alam gaib si “Pewarta Kawakan” yang sarat narasi tendensius dan dongkol.
Ah,, Sudahlah…!!!

Komentar Facebook
Bagikan Berita ini

Baca Juga

Bupati Minta ASN Jadikan Bolsel Sebagai Ladang Pengabdian, Bukan Ladang Kering atau Basah

KILASBMR.Com,BOLSEL – Bupati Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel) H. Iskandar Kamaru, Spt. Msi, meminta kepada para …