Apa Identitas Bolsel yang sebenarnya?

Oleh : Delfian Thanta

Acapkali kami yang “anak kandung” Bolsel mengalami kesulitan tafsir ,ikhwal apa sebenarnya identitas daerah yang dimekarkan dari Kabupaten Bolaang Mongondow pada tanggal 21 Juli 2008 ini. Mungkin ini hal yang tidak urgent bagi sebagian orang, tapi bagi saya dan teman-teman yang sering berhubungan dengan dokumentasi dan publikasi, serta berbagai pemodelan Bolsel ke luar daerah, adalah apa sebenarnya identitas Bolaang Mongondow Selatan itu sendiri.

Saya yang juga hobi desain grafis (meski dengan kemampuan minim) bersama teman-teman yang punya hobi sama, mungkin telah menemukan identitas Bolsel, yaa karena dalam konsep desain grafis atau video grafis memang identitas itu ditampilkan melalui symbol, dan kami menemukan beberapa symbol yang bisa menjadi icon Bolsel setidaknya merepresentasikan wajah Bolsel. Untuk icon pembangunan Bolsel , bisa ditampilkan lewat Logo gerbang alun-alun, Mesjid Kubahmerah,gereja dan Pure yang merupakan simbol toleransi , logo maleo dan biota laut yang mewakili keindahan alam dan kelestarian. Namun apa identitas sebenarnya masyarakat Bolaang Mongondow Selatan itu sendiri?

Identitas Budaya

Masyarakat Bolaang Mongondow Selatan berpenduduk kurang lebih 66.071 Jiwa, dengan mayoritas dihuni etnis Gorontalo, kemudian disusul Etnis Mongondow,Bolango,Sangihe, Minahasa dan etnis lainnya. Sebagai daerah yang multietnis, Bolsel kaya akan nilai budaya dan ini merupakan identitas Bolsel. Masyarakat Bolsel yang homogen sudah terbiasa melakukan aktifitas sesuai dengan adat dan tradisi budaya nenek moyang yang dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari, baik itu etnis Gorontalo,Bolango, Mongondow dan etnis lainnya. Tidak ada kendala, dan Pemerintah Daerah memfasilitasi keragaman ini dalam setiap program pemerintah baik dari tingkat daerah hingga Desa, sehingga kelestarian adat dan tradisi ini tetap tertanam dalam masyarakat di setiap generasi. Jika di runut , Bolsel sangat terpengaruh oleh kerajaan-kerajaan atau swapraja yang eksis dimasa itu , seperti Kerajaan-kerajaan di Gorontalo Kerajaan Bolango, dan Kerajaan Mongondow. Pengaruh tiga kerajaan ini termanifestasi oleh etnis dimana mereka tingal, seperti etnis Gorontalo yang berdiam di Kecamatan Helumo,Tomini,Posigadan dan sebagian Bolaang Uki, Kemudian etnis Bolango yang mendiami Sebagian Bolaang Uki, dan Etnis Mongondow di Kecamatan Pinolosian ,Pinolosian Tengah dan Sebagian Pinolosian Timur, dan secara tidak langsung juga terpengaruh kerajaan di sangihe melalui masyarakat etnis sangihe di sebagian Pinolosian Timur.
Pelaksanaan adat dan tradisi itu bisa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari upacara kelahiran hingga kematian, dari pembibitan hingga panen dan ditambah dengan perayaan hari-hari besar yang sangat kental dengan nuansa adat lokal. Sehingga tak berlebihan jika identitas daerah ini salah satunya adalah “budaya”.

Identitas Religius

Identitas ini mengapa harus diangkat? Bukan karena menggunakan ilmu cocoklogi semata, atau dipadupadankan dengan Gorontalo yang disebut-sebut sebagai “serambi Madinah”.
Identitas Bolaang Mongondow Selatan yang merupakan daerah religius ini eksistensinya telah ada sejak jaman kerajaan dulu, kita bisa melacak kapan masyarakat Bolaang Mongondow Selatan menjadi religius itu ketika pemerintahan kerajaan Gorontalo dipimpin oleh Sultan Amai sekitar tahun 1525 , sultan ini bergelar “Ta Olongia Lopo Isilamu” , meski ada beberapa sumber menyatakan bahwa sebelumnya islam telah ada sebelum era Sultan Amai, tapi disaat kepemimpinan beliaulah dakwah islam mulai gencar disebarkan ke seluruh wilayah Gorontalo. Ketika itu masyarakat Gorontalo masih menganut paham animisme namun akulturasi budaya berlangsung cepat dan menyeluruh karena kompromi dakwah yang dilakukan sehingga lambat laun masyarakat menjadi religius.
Hal yang sama juga terjadi pada etnis Bolango di Bolsel. Islam masuk ke dalam kerajaan Bolango melalui seorang mubaligh yang sekaligus raja bolango, yaitu Raja Tuako yang bergelar “Ta Lo Witiri” sekitar tahun 1833-1840, beliau memimpin Kerajaan dari Atinggola hingga berpindah ke Labuan uki. Selain menjalankan pemerintahan , Raja Tuako atau Imam Tuako ini juga menyebarkan agama islam. Hal ini sempat dicatat dalam sejarah kerajaan Mongondow. Bahwa Suatu waktu Imam Tuako silaturahmi dengan Raja Kerajaaan Mongondow yaitu Raja Jacobus Manuel Manoppo , dalam beberapa literature menyebutkan, Raja Jacobus kemudian mempersunting puteri Imam Tuako karena terpana mendengar lantunan bacaan Al quran yang dibacakan oleh Kiling (Kilingio) . Hingga kemudian Raja masuk Islam dan kemudian Islam menjadi agama keluarga kerajaan.

Dari latar belakang sejarah ini, kita bisa menyimpulkan bahwa Agama dan Budaya merupakan identitas turun-temurun masyarakat Bolsel. Agama apapun itu , baik Islam,Kristen ,bahkan Hindu,Budha sekalipun, watak dan kepribadian masyarakat Bolsel pada hakekatnya adalah Religius. Sikap religius merupakan sifat yang patuh terhadap perintah dan ajaran agama yang dianut. Budaya yang telah mendarahdaging dalam masyarakat Bolsel berdasarkan tradisi nenek moyang juga tetap terpelihara, meskipun gelombang budaya luar yang datang terus mengikis.
Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir kita bisa melihat bagaimana perubahan terjadi di lapisan masyarakat, identitas religius dan berbudaya yang sudah mulai terkikis seakan bangkit kembali melalui berbagai gerakan yang dipelopori oleh generasi muda, baik itu dalam gerakan semangat beribadah dan semangat melestarikan budaya. Kita bisa melakukan observasi untuk yang satu ini.

Akhir kata, Sifat Religius dan berbudaya merupakan jatidiri dan identitas masyarakat Bolsel yang sebenar-benarnya. Ini yang perlu kita tingkatkan sebagai masyarakat yang cinta akan daerah ini. Jika telah luntur, mari kita bangkitkan, sehingga kita tidak kehilangan jatidiri dan identitas kita sebagai masyarakat Bolsel pun sebagai Manusia.

Komentar Facebook
Bagikan Berita ini

Baca Juga

Bawaslu Bolsel Lakukan Pengawasan Pendaftaran Calon Kepala Daerah di KPU

KILASBMR.Com,BOLSEL – Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel) mengawasi jalannya pendaftaran kandidat …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *